Cara Mendidik Anak Secara Islami II

Cara Mendidik Anak Secara Islami – Melanjutkan tulisan sebelumnya, [lihat cara mendidik anak] setidaknya ada enam cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mendidik anak dengan tujuan membangun kesadaran akalnya.

Seperti yang kita ungkapkan dahulu, tema Islamic Parenting judul ini lebih focus dari tema-tema yang kami posting sebelumnya.

Disadari atau tidak, jika orang tua abai akan persoalan ini, seorang anak akan tumbuh besar tanpa diiringi dengan pertumbuhan akalnya.

Makanya tidak heran jika kita saksikan seseorang yang terbilang dewasa tetapi pola pikirnya masih kekanak-kanakan terutama dalam hal kewajiban-kewajiban yang mestinya ia tunaikan.

Nah, dari keenam cara itu poin kesatu telah kita bahas pada bagian pertama. Silahkan merujuk kesana. Kali ini akan kita bahas poin kedua dan seterusnya.

Cara Mendidik Anak Secara Islami

Berikut Cara Mendidik Anak Secara Islami Agar Terbangun Kesadaran Akalnya;

2. Berbicara dengan Anak Secara Langsung ke Inti Persoalan

islamic parenting dialog langsung ke inti persoalan

Kita jangan menempatkan seorang anak laiknya anak dewasa sehingga berbicara dengan Bahasa orang dewasa. Akibatnya bukannya anak paham justru sebaliknya, bahkan ia mudah bosan dan tak mau mendengarkan lagi.

Begitu juga bahasa kiasan yang ambigu, sungguh Bahasa ini tidak berguna bagi anak-anak.

Perhatikanlah ketika Rasulullah berbicara dengan anak seperti yang terpotret sebagai berikut. Dari Ibnu Abbas berkata,

كنت خلف النبي صلي الله عليه وسلم يوما, فقال : يا غلام إني أعلمك كلمات……..

“Aku di belakang Rasulullah pada suatu hari” kata Ibn Abas. “Lalu beliau bersabda ‘wahai anak kecil, ku ajarkan kepadamu beberapa kalimat……”

Perhatikan kalimat yang ditebalkan. Di situ Rasulullah menggunakan kalimat yang sangat jelas, tidak bertele-tele yang menyebabkan ambigu.

Dalam kalimat tersebut Rasulullah menggunakan struktur subjek, predikat dan objek. Subjeknya aku (Rasulullah) predikatnya mengajarkan dan objeknya beberapa kalimat.

BACA :  Cara Membuat Perpustakaan Pribadi di Rumah Paling Mudah

Struktur kalimat seperti ini paling mudah dipahami oleh siapa pun, termasuk anak kecil.

cara Rasulullah mendidik anak islamic parenting

Apalagi dalam kalimat di atas Rasulullah menggunakan huruf nidaa (panggilan) untuk kata Ghulam (anak kecil).

“wahai anak kecil”. Dimana Kata panggil seperti ini sangat baik guna mengundang perhatian si anak. Dengan begitu, si anak akan fokus dengan perkataanya.

Contoh lain, sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas Bin Malik (pelayan Rasulullah), ia berkata;

قال لي ريسول الله صلي الله عليه وسلم : يا بني إن قدرت أن تصبح وتمسي وليس في قلبك غش لأحد فافعل, يا بني وذلك من سنتي ومن أحيا سنتي فقد أحبني ومن أحبني كان معي في الجنة

Artinya “Rasulullah berkata kepadaku, yaa bunayya (wahai anakku tersayang) apabila engkau mampu untuk melalui pagi dan sore hari tanpa ada rasa ingin merugikan orang lain di hatimu, maka lakukanlah. Yaa bunayya (wahai anakku tersayang) itu adalah sunnahku. Barang siapa yang menghidupkan sunnahku berarti ia telah mencintaiku. Dan barang siapa mencintaiku, ia berada di surga bersamaku”. (HR. at-Tirmidzi)

Subhanallah, resapi kalimat-kalimat Rasulullah untuk pelayannya, Anas bin Malik. Sungguh kata-katanya sangat jelas dan penuh kasih sayang.

Singkat, padat, mudah dipahami dan menarik perhatian sehingga termotivasi untuk mendengarkan dan melaksanakannya.

Tidak hanya itu, rasulullah juga menggunakan urutan urutan kalimat bersyarat (syarthiyyah) setelah intinya.

Kalimat inti dari perkataan itu terdapat pada larangan menaruh niatan jahat untuk orang lain, tetapi kemudian Rasulullah menuntun pada kalimat kalimat bersyarat yang begitu menarik.

Yaitu, perintah tersebut merupakan sunnahku, barangsiapa menghidupkan sunnahku berarti mencintaiku, barangsiapa mencintaiku berarti tempatnya berada di surga bersamaku.

Perlu diperhatikan, sabda Rasulullah ini juga diawali dengan huruf panggilan sebagaimana pada contoh pertama yang kemudian munaada-nya (yang diseru) berupa sebutan sayang yaitu Bunayya.

BACA :  Materi Anak TK : Trik Membangun Logika Berhitung

Bunayya atau anakku adalah panggilan sayang. Padanan Bahasa Indonesianya barangkali “wahai anakku tersayang”. Sungguh luar biasa. Referensi terbaik dalam parenting memang hanya Rasulullah. Beliaulah teladan tunggal dalam hal ini.

3. Berbicara dengan Anak Sesuai Kadar Akalnya

islamic parenting dialog langsung ke inti persoalan

Ada sebuah ungkapan تكلموا الناس بقدر ما عقولهم /berbicaralah dengan manusia sesuai kadar akalnya.

Nah jika dengan manusia saja yang lebih umum kita dituntut berbicara sesuai kadar pemahaman mereka, apalagi dengan anak kecil.

Sungguh tak pantas jika orang tua emosi gara-gara anaknya yang tak kunjung memahami perkataanya. Padahal yang salah orangtua itu sendiri.

Contoh pembicaraan yang sesuai dengan kadar akal si anak seperti apa yang dilakukan Rasulullah.

Kisahnya pada saat perang badar kaum muslimin menangkap seorang anak kecil yang menggembalakan binatang ternak milik kafir Quraisy. Lalu kaum muslimin menanyakan jumlah tentara kafir Quraisy yang akan bertempur di Badar.

Saat itu si anak tidak menjawab sehingga kaum muslimin memukulinya. Tak lama kemudian datang Rasulullah Saw. Lagi-lagi, beliau adalah psikolog ulung yang luar biasa.

Rasulullah bertanya kepada anak dengan pertanyaan berbeda dengan kaum muslimin. Rasulullah bertanya,

“Berapa unta yang mereka sembelih setiap hari?” dengan jelas si anak menjawab “sekitar 9 sampai 10 unta”. Dari situ Rasulullah menyimpulkan bahwa jumlah musuh sekitar 1000 orang, dengan asumsi 1 ekor unta cukup untuk makan 100 orang.

Mari kita perhatikan lagi, di situ Rasulullah paham betul kadar akal si anak yang hanya mampu memahami hitungan kecil, mungkin satu sampai sepuluh laiknya anak kecil yang baru belajar menghitung.

Makanya, ia tidak bisa menjawab jumlah tentara kafir Quraisy yang mungkin sekalipun diberitahu, ia tak dapat memahami.

BACA :  10 Ponpes Tertua di Indonesia Berdasarkan Urutan Tahun Didirikan

Maka Rasulullah pun mengalihkan pertanyaan kepada hitungan yang dapat dipahami akalnya yaitu berapa jumlah unta yang disembelih setiap hari. Tentu, dengan polos si anak akan menjawab dengan jujur.

Contoh lain yaitu ketika Anas bin Malik tak dapat mengerjakan pekerjaan rumahnya sehingga ia dihukum oleh keluarga Rasul.

Lalu sang Rasul bersabda “biarkanlah dia, kalau dia mampu pasti dia kerjakan”. Itu berarti seorang anak memiliki kadar kekuatan tubuh dan akal yang terbatas. Karenanya ia tak dapat melakukan di luar kadar itu.

Tidak hanya contoh-contoh di atas, dalam hal membimbing anak, kadangkala Rasulullah juga bercanda dengan mereka. Tentu aktifitas-aktifitas ini karena memang usia anak masih didominasi dengan kesenangan bermain.

Jangankan dengan anak kecil, dengan istrinya saja –Aisyah- yang kala itu memang masih kecil Rasulullah suka becanda.

islamic parenting dialog langsung ke inti persoalan

Bisa dibayangkan, seorang pemimpin agung yang dicintai teman dan dikagumi lawan masih sempat beradu lari dengan istrinya seusai perang (Bani Musthaliq).

Hal ini dilakukan karena memang saat itu Aisyah masih berusia muda. Makanya terlihat indah. Berbeda jika yang beradu lari istri-istri beliau yang lebih berumur. Barangkali Rasulullah juga enggan melakukan.

Demikian pembahasan Cara Mendidik Anak Secara Islami Agar Terbangun Kesadaran Akalnya bagian kedua. InsyaAllah masih ada bagian lain sekitar tiga point lagi. Semoga para pembaca berkenan menunggu postingan berikutnya.

Referensi : Manhaj al-Tarbiyah al-Nabawiyah li al-Thifl karya Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid

Ditulis oleh : Andi Saepudin, SS.y

Leave a Reply


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.