Cara Mendidik Anak Secara Islami I

Cara Mendidik Anak – Dalam tema Islamic Parenting sebelumnya kita membicarakan bagaimana cara Rasulullah mendidik anak [silahkan lihat di Cara Nabi Mendidik Anak ] kali ini kita akan membahas tema lebih fokus yaitu bagaimana mendidik anak agar kesadaran akalnya tumbuh.

Persoalan ini sepertinya masih membelenggu sebagian orangtua sehingga terkadang mereka tidak sabar memapah akal anaknya ketika mereka mulai bertanya banyak hal.

Di dalam al-Quran ada beberapa ayat yang meng-capture dialog-dialog antara ayah dan anak. Dari peristiwa tersebut nampaknya ada bagian-bagian yang tujuannya membangun kesadaran akal si anak.

Dengan begitu, seorang anak akan tumbuh dengan wajar, dalam pengertian akalnya akan mengerti pada setiap tahap yang meniscayakan demikian.

Pada tajuk ini kami masih merujuk kepada buku Prophetic Parenting yang diterjemahkan dari kitab Manhaj al-Tarbiyah al-Nabawiyah Li al-Tifl karya Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid.

Dalam buku ini setidaknya ada 6 cara mendidik anak secara islami agar terbangun kesadaran akalnya. Keenam cara itu akan diuraikan sebagai berikut;

islamic parenting mendidik anak agar terbangun kesadaran akalnya

1. Menceritakan Kisah-Kisah

Di dalam al-Quran dan hadits terdapat banyak kisah yang bisa dijadikan referensi untuk asupan gizi akal si anak.

Kisah-kisah ini memiliki ‘ibrah (pelajaran) yang bisa memotivasi anak dalam hal ketaatan, ketakwaan, pengorbanan dan bahkan soal cinta dan kasih sayang.

Al-quran sendiri menyinggung sekaligus menegaskan akan berharganya kisah-kisah bagi orang yang berakal. Allah berfirman;

لقد كان في قصصهم عبرة لأولي الألباب (يوسف : 111)

Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Q.s. Yusuf [12]: 111)

Karena pentingnya hikayat bagi anak-anak, yang dengannya si anak akan tertarik perhatiannya, maka ada sementara ulama yang sampai mengatakan “kisah-kisah adalah salah satu barisan tentara Allah Swt yang dengannya Allah tetapkan hati para wali-Nya”.

Untaian kisah yang akan kita cerikan kepada anak sebaiknya beruntun yaitu dimulai dari kisah para nabi kemudian para sahabat Rasulullah lalu para ulama dan orang-orang shalih.

BACA :  Mesin Absen Fingerprint : Gambar dan Harganya Lengkap

Pada point ini kami akan sampaikan beberapa kisah yang mungkin bisa dijadikan referensi untuk memperkaya kisah-kisah yang sudah pembaca ketahui. Di antaranya sebagai berikut;

a. Kisah Nabi Adam dan Hawa

islamic parenting mendidik anak agar terbangun kesadaran akalnya

Kisah manusia pertama ini bisa dijadikan pilihan untuk asupan gizi akal si anak. Ya, kisah yang sudah masyhur ini mengingatkan anak dan juga orang dewasa akan pentingnya ketundukan dan kepatuhan kepada Allah Swt.

Tidak hanya itu, dalam kisah ini juga mengingatkan kita untuk senantiasa waspada terhadap godaan syetan yang selalu menggoda manusia.

Dalam sumpahnya, mereka (para syetan) akan mengajak keburukan kepada Bani Adam dari samping, atas dan bawah.

Sebagaimana terekam dalam al-Quran surah al-Araf ayat 17 yang artinya “kemudian sungguh aku akan mendatangi mereka dari depan, belakang dan samping kiri kanan mereka. Dan Engkau tidak mendapati kebanyakan mereka bersyukur”.

Karena syetan akan terus menjerumuskan manusia, maka kita akan tersadar dan berupaya menghindar dari godaan-godaan tersebut. Sebab jika mengikuti ajakan mereka, berarti menjadi teman mereka di neraka kelak.

Kisah seperti ini bisa memotivasi anak untuk senantiasa berbuat kebaikan dan menghindari kejahatan. Sebab, sesekali berbuat kejahatan berarti mengikuti ajakan syetan.

Tidak hanya itu, dalam kisah Adam Hawa juga mengingatkan kita akan akibat buruk dari kesombongan sebagaimana yang menimpa Iblis.

Iblis menjawab ketika ditanya keengganan sujud kepada Adam “Aku lebih baik darinya dimana Engkau ciptakan dia (Adam) dari tanah dan Engkau menciptakanku dari api”.

Kerena kesombongan itulah akhirnya iblis dikutuk sebagai penghuni neraka selama-lamanya. Akhirnya dengan kisah seperti ini satu nilai lagi akan tertanam di benak anak, yaitu menghindari sikap dan perilaku sombong.

Itu artinya, jika ia berlaku sombong berarti menjadi temannya iblis. Nau’uudzubillah.

b. Kisah Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti Hajar

islamic parenting mendidik anak agar terbangun kesadaran akalnya

Kisah lain yang bisa menjadi asupan gizi akal si anak juga adalah kisah keluarga Ibrahim. Dalam kisah ini terdapat nilai berupa kesabaran, kepatuhan kepada Allah, dan juga birrul waalidaini.

Dalam hal kesabaran misalnya, terdapat dalam upaya Siti Hajar yang mencari air untuk anaknya yang masih bayi. Di tengah gurun yang tiada rerumputan dan manusia, Siti Hajar terus berupaya hingga Allah sendiri menolongnya.

BACA :  Cara Mendidik Anak Secara Islami II

Dalam hal kepatuhan kepada Allah terdapat dalam kerelaan Nabi Ibrahim hendak menyembelih anaknya sebagai perintah Allah yang kemudian Allah sendiri yang menyelamatkan dan menggantinya dengan kambing.

Dalam hal Birrul waalidaini (berbakti kepada orangtua) terdapat dalam upaya Ibrahim dan anaknya ketika membangun baiitullah.

c. Kisah Si Belang, Si Botak dan Si Buta

islamic parenting mendidik anak agar terbangun kesadaran akalnya

Kisah ketiga orang Bani Israel ini terdapat dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim. Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda yang ringkasnya sebagai berikut;

“Terdapat tiga orang dari Bani Israel yakni si Belang, si Botak dan si Buta. Allah ingin menguji ketiganya. Kepada si Belang malaikat utusan Allah bertanya “apa yang engkau inginkan?” ia menjawab “kulit yang indah dan hilangnya penyakitku yang menjijikan ini.”

Lalu malaikat mengusapnya sehingga hilanglah penyakitnya dan kulitnya menjadi indah. Lalu Malaikat bertanya lagi “harta apa yang paling kau sukai?” dia menjawab “unta” malaikat pun memberi unta betina yang sedang hamil seraya mendoakannya.

Kemudian kepada si Botak dan kepada si Buta malaikat bertanya dengan pertanyaan yang sama. Keduanya menjawab sama yakni ingin sembuh sebagaimana keinginan si Belang.

Tidak hanya itu, malaikat juga bertanya harta yang paling mereka sukai. Si Botak menginginkan sapi sementara si Buta menginginkan kambing. Kepada keduanya malaikat memberikan seekor seekor seraya mendoakannya.

Setelah sekian lama binatang ternak mereka bekembang biak. Si Belang memiliki selembah unta, si Botak dan si Buta juga demikian.

Binatang ternaknya melimpah. Lalu malaikat datang lagi kepada mereka dengan wujud seperti kondisi mereka dahulu.

Kepada si Belang malaikat datang dengan bentuk belang pula. Dikatakan kepadanya

“Aku orang miskin, kehabisan bekal di perjalanan. Tidak ada lagi yang menyampaikanku saat ini selain Allah kemudian engkau. Aku mohon kepadamu atas nama Dzat yang telah memberimu kulit indah dan harta agar engkau memberiku seekor unta untuk aku kendarai dalam perjalananku.”

Si Belang menjawab “Hak-hak lain masih banyak yang harus kutunaikan” lalu sang malaikat berkata “aku mengenalmu, bukankah kau dahulunya sepertiku juga dimana orang-orang jijik kepadamu, engkau miskin lalu Allah menganugerahkan kekayaan kepadamu?”

BACA :  Parenting Nabawiyah : Pendidikan Akhlak untuk Anak

si Belang malah menjawab “aku mewarisi harta ini secara turun temurun” mendengar itu malikat berkata “Kalau engkau berdusta, semoga Allah mengembalikanmu dalam keadaan semula.”

Kemudian malaikat juga mendatangi si Botak dalam bentuk sebagaimana kondisinya dahulu. Kepadanya malaikat pura-pura meminta tolong sebagaimana yang dilakukannya kepada si Belang.

Si Botak menjawab dengan angkuh sebagaimana si Belang. Maka malaikat pun mendoakan agar ia kembali kepada kondisi semula. Yakni botak dan miskin.

Lalu malaikat mendatangi si Buta dengan wujud sebagaimana kondisinya dahulu. Malaikat meminta bantuan kepadanya sebagaimana kepada si Belang dan si Botak.

Kali ini jawaban si Buta berbeda dengan si Belang dan si Botak. Ketika malaikat meminta bantuan agar diberikan seekor kambing, si Buta menjawab,

“Aku dulunya buta, kemudian Allah mengembalikan penglihatanku. Ambillah apa yang engkau mau dan tinggalkan apa yang engkau mau. Demi Allah, aku tidak akan melarangmu mengambil sesuatu yang telah aku ambil dari Allah”.

Malaikat pun berkata kepadanya “peganglah hartamu, kalian sebenarnya sedang diuji. Engkau telah diridhai, sementara kedua temanmu mendapatkan murka.”

Inilah kiranya kisah yang juga bisa menambah gizi akal si anak. Di dalamnya terdapat pelajaran akan kesabaran, kesyukuran dan penghambaan kepada Allah Swt.

Dengan kisah seperti ini semoga si anak termotivasi untuk menanamkan nilai sabar dan syukur.

Demikian cara pertama yang bisa dilakukan untuk memantik kesadaran akal seorang anak. Yaitu dengan menceritakan kisah-kisah teladan.

Kemudian cara berikutnya akan kami jelaskan pada postingan berikutnya, ya. Semoga para pembaca dapat bersabar menanti dan juga bersyukur sebagaimana nilai kisah di atas. 😊

Semoga bermanfaat.

Ditulis oleh : Andi Saepudin, SS.y

Leave a Reply


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.