Cara Taaruf dalam Islam : Jenis-Jenisnya dan Contoh Biodata Taaruf

Cara Taaruf dalam Islam – Dewasa ini pemahaman taaruf mengalami keburaman. Ada sebagian orang yang mulai mengenal istilah ini tetapi diterapkan pada praktik yang sebetulnya bukan taaruf, bahkan menodai keindahan makna taaruf dalam Islam.

Kami tidak bermaksud menggurui, tetapi hanya ingin hadir dalam keruwetan itu yang kemudian ikut mengurai benang kusut di kalangan para remaja. Oleh karena itu, pada tulisan ini kami ingin berbagi tentang Cara Taaruf dalam Islam.

a. Pengertian Taaruf

Secara leksikal kata taaruf (التعارف) berasal dari kata ta’aarofa yata’aarofu ta’aaruf. Kata ini menggunakan wazan (takaran) tafaa’ala yatafaa’alu tafaa’ul (التفاعل) yang memiliki maksud lilmusyaarokah.

Artinya, verb yang menggunakan kata ini, biasanya berserikat dalam subjeknya.

Dengan pengertian lain jika dikatakan تعارف زيد عائشة /Zaid bertaaruf dengan Aisyah, maksudnya Aisyah juga bertaaruf dengan Zaid.

Berarti baik Zaid atau Aiasyah, keduanya bisa menjadi subjek dan objek dalam waktu bersamaan.

Begitu juga, tidak disebut taaruf jika hanya salah satunya saja yang berupaya mengetahui keadaan seseorang. Sebab taaruf hanya mungkin terjadi jika keduanya saling berupaya untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengannya.

Adapun taaruf yang berarti saling mengetahui ini dipraktekkan dalam rangka mencari pendamping hidup.

Sebab, laiknya manusia biasa, ia juga merasakan harap-harap cemas jika calon pendamping hidupnya belum diketahui.

Maka, agar tidak berbuah penyesalan di masa yang akan datang, taaruf merupakan tahapan yang cukup urgent sebelum menikah.

b. Dalil Taaruf

taaruf sebelum menikah

Kami tidak mengetahui dalil yang sharih/jelas yang menunjukan keharusan taaruf sebelum menikahi seseorang. Sebab dalam praktek pernikahan masa sahabat,

bahkan Rasulullah saw sendiri, ada kasus-kasus dimana mereka menikahi wanita tanpa bertaaruf terlebih dahulu. Namun ada indikasi-indikasi tertentu yang menunjukan pentingnya taaruf. Misalnya hadits yang berbunyi;

تنكح المرأة لأربع : لمالها ولحسبها ولجمالها ولدينها, فاظفر بذات الدين تربت يداك

Maksudnya : Wanita dinikahi karena empat perkara ; karena ia memiliki harta, karena ia berasal dari keturunan yang baik, karena ia memiliki kecantikan dan karena ia memiliki pemahaman agama yang baik. Maka, pilihlah berdasarkan pertimbangan agamanya. Maka engkau akan beruntung.

Hadits ini adalah guidance atau petunjuk dari Allah melalui Rasul-Nya untuk setiap orang ketika hendak menikah. Meskipun bunyi haditsnya seolah ditunjukkan untuk para lelaki tetapi sebetulnya ini juga berlaku untuk perempuan.

BACA :  Biro Jodoh Islami Jabodetabek | Khusus bagi yang serius dan berniat tulus

Seolah hadits tersebut berkata “hei para lelaki, kalau kamu ingin menikahi wanita boleh mempertimbangkan hartanya, cantiknya dsb.

Begitu juga kamu hei para perempuan, kalau ingin menikah dengan lelaki, pertimbangkanlah ia dari segi hartanya, keturunannya, gantengnya dan agamanya. Jika kamu mempertimbangkan berdasarkan agamanya, kamu tak akan rugi”.

pernikahan indah itu sesuai syariat

Dalam kajian tafsir ada istilah ihtibak yaitu menyebutkan sebagian (seperti menyebutkan wanita) tetapi mencakup lawan jenisnya karena ada indikasi tertentu, yaitu kesamaan sebagai manusia.

Maka, hadits tersebut disamping menggunakan kata “wanita dinikahi karena empat hal” tetapi juga bermakna “menerima ajakan menikah dari lelaki karena empat pertimbangan”.

Sebagaimana penjelasan di atas. Contoh lain kasus ihtibak ini terdapat dalam al-Quran surah Ali Imran ayat 14 yang berbunyi “dijadikan indah pada manusia terhadap apa-apa yang dicintainya yaitu wanita, anak-anak, perhiasan emas perak….

Dalam ayat tersebut sesuatu yang dicintai manusia yang disebutkan pertamakali adalah wanita. Itu berarti manusia yang dimaksud berarti lelaki. Artinya hal yang paling dicintai lelaki pertama kali adalah wanita.

Pertanyaanya sebaliknya, apa yang pertamakali dicintai wanita? Sebab dalam ayat tersebut tidak disebutkan kata lelaki. Apakah benar yang pertamakali diinginkan wanita juga lelaki?

Inilah maksud ihtibak, artinya meskipun lelaki tidak disebutkan, tetapi sudah mencakup di dalamnya. Lebih jelasnya, seolah ayat itu berkata

“dijadikan indah dalam pandangan lelaki terhadap apa yang dicintainya yaitu para wanita, anak-anak…dst dan dijadikan indah pula dalam pandangan wanita terhadap apa yang dicintainya yaitu para lelaki, anak-anak…dst.”

berpasang-pasangan

Sekarang kita kembali lagi ke pembahasan hadits di atas “wanita dinikahi karena empat hal,…” lelaki juga diterima ajakan nikahnya karena empat hal.

Nah hadits ini adalah indikasi agar manusia memiliki pertimbangan ketika hendak memilih calon pendamping hidup.

Karena kita diberikan underline pertimbangan-pertimbangan memilih pendamping, pertanyaannya bagaimana cara mengetahui salah satu dari keempat alasan itu?

Maka jawabannya tiada lain adalah dengan proses taaruf. Dengan taaruflah, kita mengetahui tingkat kemampuan harta seseorang, dengan taaruf pula kita mengetahui tingkat kebaikan nasabnya, fisiknya bahkan agamanya.

Dengan demikian, sesuatu yang tidak bisa diketahui kecuali dengan aktifitas tertentu, maka aktifitas tertentu menjadi sama hukumnya dengan perkara tersebut.

Meski demikian, perlu diingat bahwa taaruf juga hanya mungkin terjadi jika belum saling mengenal. Jika sudah saling mengetahui, tidak perlu bertaaruf lagi. Bagaimana? Langsung saja ajak menikah.

BACA :  5 Film Romantis Indonesia yang Endingnya Bikin Kamu Ingat Mantan (VIRAL)

c. Praktek Taaruf yang Islami

Berpagi-pagi kami mengatakan, banyak yang baru mengenal istilah taaruf kemudian mereka terapkan pada kasus pacaran.

Pacaran yang dimaksud adalah yang lumrah di masyarakat, yaitu dengan sering teleponan, ketemuan, berdua-duaan, jalan bareng, pegangan tangan, berpelukan, dan sejenisnya.

Maka kami katakan, ini bukan taaruf. Tetapi pelampiasan nafsu yang salah. Oleh karena itu, penting kami kemukakan bagaimana praktek taaruf yang sebanarnya?

Sebelum kami menjelaskan beberapa praktek taaruf yang sebenar-benar taaruf, kami akan kemukakan terlebih dahulu dua syarat taaruf.

pertama hanya berlaku bagi yang ingin segera menikah. Bukan yang lain. Tidak termasuk dalam taaruf jika ia tidak memiliki niat ini atau memilikinya tetapi untuk jangka waktu yang lama.

Misalnya ingin menikah 10 tahun lagi tetapi sudah bertaaruf dari sekarang.

Kedua ia dan bakal calon pasangannya memang belum saling mengenal. Jika sudah saling mengenal, maka tidak perlu lagi bertaaruf. Misalnya, karena tentangganya, atau teman sekelasnya sejak kecil. Maka hemat kami, mereka sudah cukup saling mengetahui. Berikut ini praktek taaruf yang islalmiy;

1. Taaruf Melalui Biodata

biodata taaruf

Taaruf model ini paling lumrah terjadi. Menurut kami mekanisme model ini juga paling baik.

Paraktiknya, seorang ikhwan yang berikhtiar mencari calon pendamping hidup mendatangi seorang perantara, bisa ustadz, guru sekolah, atau orang lain yang sudah berumah tangga.

Kemudian ikhwan tersebut meminta agar ditaarufkan dengan seseorang sambil memberikan biodata taarufnya ke perantara itu.

Setelah itu sang perantara akan menyampaikan kepada akhwat yang dimaksud, apakah akhwat tersebut berkenan taaruf atau tidak. Jika berkenan, ia juga diminta untuk membuat biodata taarufnya.

Pada tahap ini, nanti perantara akan saling menukarkan biodata keduanya untuk diketahui latar belakang pendidikan, keluarga, ekonomi dan sejenisnya.

Pada tahap ini juga, mereka harus membuat biodata yang jujur, apa adanya, tidak menulis yang tidak ada padanya dan tidak pula berlebihan.

Setelah selesai sesi saling baca biodata, maka proses taaruf akan berpindah pada aktifitas nadzor. Ini pun jika keduanya saling memiliki kecenderungan.

Jika tidak, berarti prosesnya dihentikan. Adapun tujuan nadzor, untuk saling melihat fisiknya dan menanyakan hal-hal yang belum jelas atau belum tertulis di biodata.

Perlu diperhatikan, pada tahap ini juga kedua bakal calon pasangan tidak diperkenankan untuk chatingan apalagi teleponan. Sebaiknya kebutuhan mereka disampaikan melalui perantara. Apa pun itu.

Hal ini juga agar proses taaruf berjalan dengan lancar serta penuh keberkahan dari Allah Swt. Akhirnya, jika keduanya sregh, proses akan berpindah ke khitbah dan nikah.

BACA :  Jodoh Pasti Bertemu | Nasihat Terindah untukmu

2. Taaruf Lepas

jodoh di tangan tuhan

Berbeda dengan model taaruf pertama, taaruf ini lebih unik. Meski terkesan ‘banting harga’, tetapi sebetulnya tidaklah demikian.

Partiknya, seseorang baik ikhwan atau akhwat yang sedang berikhtiar mencari jodoh, ia membuat biodata taaruf kemudian diserahkan kepada Pembina atau siapa saja yang dipercaya.

Tetapi ia tidak memiliki tujuan untuk akhwat tertentu. Maka, biodata itu akan berantai dari satu akhwat ke akhwat lain hingga jatuh di akhwat yang berminat.

Akhwat yang berminat itu nantinya akan menyampaikan kepada perantara, kemudian berproses sebagaimana mekanisme jenis taaruf pertama.

Bedanya, jika model taaruf pertama memiliki bidikan akhwan tertentu, maka pada taaruf jenis kedua ini tidak memilikinya. Ia lebih cenderung pasrah dengan siapa saja.

Tetapi mesti diyakini, Allah tak mungkin menjodohkannya dengan pasangan yang tidak baik. Pasti sesuai kadar kualitas dirinya. InsyaAllah.

3. Taaruf Langsung

jodoh itu anugerah

Adapun model taaruf jenis terakhir ini terbilang lebih berani. Praktiknya, seorang ikhwan atau akhwat mengutarakan langsung kepada bakal calon pasangan hidupnya.

Tapi ingat, hal ini dilakukan semata-mata ikhtiar sungguh-sungguh mencari jodoh. Misalnya seorang ikhwan mengatakan melalui pesan singkat,

Assalamu’alaykum….ukhti, saya Ali yang tempo hari berpapasan di acara seminar parenting. Dengan sms ini saya ingin mengajak ukhti bertaaruf. Apakah berkenan? Terima kasih”

Biasanya taaruf model ini dilakukan oleh ikhwan-ikhwan pemberani sekaligus pemalu. Dikatakan berani karena ia mengutarakan secara langsung sementara dibilang pemalu karena ada indikasi tertentu yang mengarah kesitu yakni meminimalisir rasa malu jika harapannya tidak terwujud.

Dengan begitu, hanya ia dan Allah saja yang cintanya tertolak.

Kemudian jika akhwatnya berkenan, maka keduanya akan saling mengirimkan biodata taaruf dan saling menelitinya. Perlu diperhatikan, proses taaruf model ini tidak boleh berlama-lama.

Jika keduanya sudah saling memiliki kecenderungan sebaiknya dilangsungkan proses khitbah. Jika tidak, khawatir akan terjerumus pada perbuatan dosa.

Itulah kira-kira model taaruf yang kami ketahui. Dari ketiganya, sebaiknya lakukan model pertama saja. Disamping lebih terbuka dan terjaga, praktek model itu juga insyaAllah mendapat keberkahan dari Allah Swt.

Ketiga model taaruf itu akan lebih mudah dipahami jika lingkungan kita berada di sekitar aktifis dakwah dimana setiap anggotanya memiliki mentor masing-masing.

Oya, bagi para pembaca yang ingin mendapatkan model biodata taaruf, silahkan mailkan ke [email protected] nanti akan kami kirim filenya. Demikian terima kasih.

Baca juga :

Jodoh Jaminan Allah

Leave a Reply


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.