Garam Himalaya : Putri Dapur yang Asinnya Kontroversial

Garam Himalaya – Saat ini sedang marak di kalangan emak-emak pembicaraan terkait garam himalaya. Konon katanya, garam ini lebih manfaat bagi kesehatan daripada garam dapur yang biasa dikonsumsi.

Min sendiri belum bisa turut serta dalam perbincangan tersebut, karena belum mencoba mendalaminya.

Tapi, karena penasaran akhirnya min segera cari tahu informasi sebanyak-banyaknya tentang garam cantik Himalaya ini.

Garam himalaya ini berbeda dengan garam dapur yang biasa kita pakai memasak, ka. Bentuknya butiran yang lebih besar. Warnanya merah muda.

Kalau min mah jadi teringat garam yang dikasih oleh tukang rujak dekat kampus.

Biasanya garamnya warna pink juga, hasil perpaduan garam dapur dengan cabai yang dihaluskan. Hihi.. yang jelas kalau itu bukan garam himalaya yah.

Garam ini dibanderol dengan harga mahal. Harga jual per kilogram mencapai US$ 10 atau Rp. 142.000,- per kilogram seperti yang dilansir dari Business Insider.

Di situs jual beli Amazon harga per 400 gram mencapai 1.981 rupee atau Rp 400.000,-an.

Fantastik sekali kan harganya? Haduuh, emak-emak mikir ulang nih masalah harga. Tapi karena klaim lebih alami dan lebih sehat, jadilah emak-emak ini merelakan beli dengan harga yang semahal apapun.

Harganya mahal, karena katanya garam ini berasal dari lapisan garam yang terendap di lautan purba 250 juta tahun lalu.

Garam ini didapatkan langsung dari penambangan di daerah sekitar Himalaya, paling banyak didapat dari Pakistan. Sehingga butuh upaya ekstra dan ongkos yang cukup banyak untuk menambang garam ini.

Kenapa Garam Himalaya Berwarna Pink?

kontroversi garam pink

Kenapa sih warna garam ini merah muda? Info yang min dapat, warnanya ini didapat dari jejak mineral di dalam garam. Seperti magnesium, kalium, dan kalsium.

Garam ini digadang-gadang oleh sebagian orang sebagai garam sehat karena terlindungi dari pencemaran zaman modern dan diawetkan secara alami di lingkungan yang masih alami pula.

BACA :  Tata Cara Ekspor Kopi Ke Jepang

Naah, info ini butuh didalami kembali ka. Apakah benar begitu adanya? Sehingga suatu kewajaran garam ini menjadi favorit baru para emak, meskipun harga yang ditawarkan sangat tinggi?

Dari pencarian min, memang banyak sekali yang menyatakan tentang manfaat tinggi garam himalaya ini.

Sampai min sebagai emak muda menjadi terpanggil juga untuk mengganti garam dapur di rumah.

Eh, tapi, setelah ditelusuri kembali kontroversi kesehatan garam himalaya ini juga sedang ramai dibincangkan para pakar kesehatan.

Min akan menyajikan pendapat keduanya, baik yang menyatakan garam ini lebih bermanfaat maupun sebaliknya yaitu yang melihat aspek lain bahwa manfaat pada garam himalaya ini hanya sebuah mitos.

Manfaat Garam Himalaya bagi Kesehatan

garam pink

Ada sumber-sumber yang mengklaim bahwa garam himalaya ini memiliki banyak manfaat kesehatan bagi tubuh .

Asumsinya adalah garam himalaya ini memiliki kandungan 84 mineral berbeda.

Berikut, beberapa manfaat sehat yang min kutip dari Time:

  1. Digunakan dalam terapi di tempat-tempat spa sebagai penghasil efek rileks.
  2. Dapat diproduksi menjadi lampu untuk meningkatkan energi, kualitas tidur, sampai manfaat membersihkan udara.
  3. Dapat mengatur kadar gula darah, memperlambat penuaan, hingga menaikkan libido.
  4. Dapat menyeimbangkan pH tubuh.

Naah, menariknya, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau FDA memperingatkan produsen untuk tidak berlebihan dalam mempromosikan klaim-klaim kesehatan di atas.

Karena belum terbukti secara ilmiah, apalagi penelitian menunjukkan di dalam garam ini masih ada kotorannya.

Mitos Tentang Manfaat Garam Himalaya

garam himalaya

Min mendapatkan sudut pandang yang lain, nih, ka. Iklan garam himalaya sebagai garam paling murni hanya sebuah pandangan yang banyak dipromosikan oleh para pengiklan garam himalaya.

Klaim terkait manfaat kesehatan seperti meningkatkan energi dan kualitas tidur, mengencangkan kulit, baik untuk meningkatkan fungsi paru-paru, dan sebagainya, tidak memiliki bukti ilmiah dan belum ada penelitiannya secara medis.

BACA :  Manfaat Pete untuk Asam Urat dan Kesehatan [Ilmiah]

Beberapa sumber menunjukkan bahwa garam Himalaya berwarna merah muda mengandung hingga 84 mineral berbeda.

Padahal garam ini secara kimiawi mirip dengan garam konvensional, yaitu mengandung sampai 98% natrium klorida.

Karena kandungannya sudah didominasi oleh natrium klorida, berarti hanya tersisa 2% saja untuk kandungan lain pada garam ini.

Jadi, kalau dikatakan mengandung 84 mineral berbeda, jelas ini adalah ketidakbenaran.

Secara logikanya lagi, setiap orang biasanya mengkonsumsi garam dalam jumlah yang relatif terbatas bahkan dalam jumlah sangat sedikit.

Ketika mengkonsumsi dalam jumlah terbatas dan sedikit, ini berarti kandungan mineral yang dikonsumsi pun amat sangat kecil prosentasenya.

Sehingga, mustahil jika dikatakan dengan mengkonsumsi garam himalaya dapat memberikan manfaat kesehatan yang signifikan pada tubuh.

Min jadi berpikir, apakah dengan mengkonsumsi sedikiiit saja bisa memberi dampak pada kesehatan tubuh?

Apalagi garam ini juga rasanya lebih asin, otomatis penggunaannya pun pastinya lebih sedikit daripada garam dapur biasa. Jadi, nutrisinya pun semakin sedikit juga masuk ke dalam tubuh, ya kan?

Atau sebenarnya garam ini harus dikonsumsi dalam jumlah yang banyak?

Jika iya, min berpikir lagi, bukankah jika banyak mengkonsumsi garam pun tidak baik karena kandungan natrium kloridanya? Aah, min jadi ragu nih.

Ada info lain yang min dapatkan dari beberapa sumber.

bahwa dalam konteks nutrisi, mineral merupakan unsur kimia yang dibutuhkan sebagai nutrisi penting oleh organisme untuk melakukan fungsi yang diperlukan oleh tubuh.

Namun, kebutuhan tubuh manusia terhadap mineral ini pun sangat sedikit dan itu bisa dipenuhi oleh asupan sayuran, daging atau dari air minum. Bukan dari garam.

Yang membuat dahi min berkerut adalah ketika mendapatkan informasi bahwa di dalam garam himalaya terdapat 2 mineral tidak alami sebagai isotop radioaktif yang tidak stabil.

BACA :  Bawang Dayak Kalimantan untuk Obat Pria Jantan

Kedua mineral itu adalah technetium dan promethium. Waah, kalau begitu, apakah klaim garam ini murni dan alami masih bisa berlaku?

Jadi, pendapat mana yang diambil?

Tidak perlu bingung, ka. Kalau min mah menyarankan agar kaka mempelajari kembali setiap hal-hal yang sedang viral sehingga tidak mudah terpengaruh oleh kegaduhan-kegaduhan..heee.

Jika memang tubuh kaka dan keluarga membutuhkannya, maka konsumsilah. Jika ternyata cukup menggunakan garam dapur biasa, lanjutkan yang sudah biasa ini.

Jika ada kondisi kesehatan yang kurang baik, segera konsultasi dengan dokter. Agar kaka dapat mengetahui kandungan gizi apa yang kurang dalam tubuh kaka. Jelas kan?

Tidak perlu berpanjang pada pro kontra.

Hanya saja, kaka perlu mencatat, bahwa manfaat dari garam itu adalah kandungan yodiumnya.

Yodium adalah mineral yang dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan fungsi tiroid dan metabolisme sel yang tepat.

Naah, kalaupun kaka kekurangan yodium, tenang dulu. Yodium ini bisa didapatkan juga di makanan lain, seperti ikan, rumput laut, susu, telur, sayuran, dan buah-buahan.

World Health Organization (WHO) menyarankan konsumsi garam per hari adalah 3,5-4 gram.

Jumlah ini sudah termasuk di dalamnya makanan sehari-hari kaka, seperti keripik atau cemilan yang mengandung garam, sayur, lauk dan lain-lain yang biasa dikonsumsi sehari-hari.

Kaka juga tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi garam lebih sedikit atau lebih banyak dari jumlah takaran tadi.

Sebab, konsumsi garam yang berlebih akan meningkatkan tekanan darah. Sebaliknya, jika kurang maka akan menyebabkan gangguan syaraf dan penurunan kesadaran.

Jadi, fokuslah pada pemenuhan yodium dalam tubuh. Agar selalu sehat, aktif, dan inovatif.

Baca Juga : 

Manfaat Tanaman Kapulaga yang Jarang Diketahui

Leave a Reply


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.