Jodoh Pasti Bertemu | Nasihat Terindah untukmu

Jodoh Pasti Bertemu – Memiliki pendamping hidup adalah fitrah. karena itu seseorang akan berikhtiar mencarinya dengan berbagai cara seperti melalui situs perjodohan, melalui teman, perantara ustadz/ah atau sejenisnya.

Meski demikian, kita harus meyakini bahwa jodoh merupakan jaminan Allah yang pasti ada untuk hambaNya.

Jodoh dari Allah. Ketetapan dengan siapa, kapan dan dimana bertemunya, juga sudah pasti. Tak mungkin dimajukan dan tak dapat diundur.

Lantas jika demikian, apa fungsinya berusaha, untuk apa mencarinya? Ini barangkali yang sering menimbulkan keraguan diantara keyakinan dan realita.

Maka kami akan berupaya menebalkan garis di antara garis-garis yang ada sehingga dengannya dapat dipahami relasi usaha dan hasil.

Merupakan suatu kekeliruan jika memahami dan meyakini bahwa usaha menjadi penyebab bertemunya jodoh.

Sebaliknya, termasuk kekeliruan pula jika berdiam diri dalam penantian sembari memperbaiki diri merupakan penyebab jodoh datang.

Hal ini didasarkan pada realitas bahwa ada seseorang yang berusaha mencari jodoh tetapi tidak berjumpa, sebaliknya ada juga seseorang yang  hanya berdiam diri lalu mendapat jodoh.

Atau ada juga yang berusaha kemudian mendapat jodoh sementara yang berdiam diri tak kunjung bertemu. Ini menunjukan bahwa usaha dan berdiam diri bukan penyebab bertemunya jodoh. Lantas bagaimana?

pernikahan

Pertama, kita mesti memisahkan antara kewajiban berusaha –sekedar berusaha- dengan kepastian datangnya jodoh sebagai suatu jaminan dari Allah.

Bila dirinci, sebetulnya suatu usaha yang dilakukan seseorang tidak akan keluar dari beberapa nilai (qiimah) yang hendak diwujudkan dari usahanya.

  1. Orang yang berusaha dalam perdagangan tentu karena hendak mewujudkan tujuan (al-qashdu) suatu nilai tertentu yaitu nilai keuntungan materi (qiimah maadiyah). Tidak ada ceritanya berdagang mencari selain ini.
  2. Orang yang berusaha menyelamatkan seseorang yang hendak tenggelam misalnya adalah dalam rangka mewujudkan nilai kemanusiaan (qiimah insaaniyyah), bukan mewujudkan keuntungan materi sebagaimana dalam aktifitas perdagangan.
  3. Orang yang beraktifitas spiritual seperti shalat, puasa atau sembahyang lainnya adalah dalam rangka mewujudkan nilai ruhiyah (qiimah ruhiyah/abstrak), bukan mencari keuntungan materi atau nilai lain yang hendak direalisasikan.
  4. Orang yang berusaha mencari jodoh tiada lain karena ia hendak merealisasikan nilai cinta (qiimah al-hub). Tidak ada ceritanya mencari jodoh karena hendak mendapat keuntungan. Jika pun ada, maka keuntungan materi tersebut bukan nilai dari pencarian jodoh, tetapi efek samping dari jodoh yang kebetulan kaya raya.

jodoh itu anugerah

Inilah kira-kira beberapa nilai dari maksud (al-Qashdu) –bukan tujuan (al-Qhaayah)– dari model-model usaha seseorang.

Lalu, jika maksud berdagang untuk mendapat keuntungan materi, maksud shalat untuk mendapatkan nilai spititual,

maksud membantu orang lain untuk mendapat nilai kemanusian dan maksud mencari jodoh untuk merealisasikan nilai cinta, maka dengan cara apa –sekali lagi- dengan cara apa aktifitas ini dijalankan, inilah bagian paling terpenting.

BACA :  5 Film Romantis Indonesia yang Endingnya Bikin Kamu Ingat Mantan (VIRAL)

Sebagai seorang muslim, ketika berdagang –tentu dengan maksud untung- sepatutnya dilakukan dengan cara (kaifiyat) yang diajarkan Islam.

Misalnya tidak boleh menipu, tidak boleh berteransaksi yang mengandung riba, tidak boleh menggandakan dua akad dan sebagainya.

Maka ketika cara ini dilakukan berdasarkan agama berarti kita memiliki tujuan (ghaayah) yang benar yaitu untuk mendapatkan keridhoan Allah Swt.

Adapun jika dilakukan dengan cara selain cara agama, berarti tujuan dari niaganya bukan ingin meraih ridha Allah swt. Jadi, sangat penting membedakan maksud (al-Qashdu) dengan tujuan (al-Ghaayah).

cinta sejati

Penjelasan ini berlaku untuk semua aktifitas, termasuk mencari jodoh. Maksud dari pencarian jodoh adalah untuk merealisasikan nilai asmara (qiimah al-hub) lalu dengan cara apa pencarian ini dilakukan,

jika berdasarkan Agama berarti ia memiliki tujuan (ghaayah) untuk meraih ridha Allah Swt.

Jika selain cara Agama, seperti pacaran dalam bentuk khalwat, apalagi sampe berzina untuk mengetahui kecocokannya, maka cara seperti ini tidak akan mendapat ridha Allah Swt.

Bagaimana mungkin Allah ridha sementara perintahnya ditentang?

Lalu bagaimana relasi usaha dengan hasil? Kami mengatakan, tidak memiliki relasi pasti karena memang bukan penyebab yang memastikan berhasil. Bertemunya jodoh adalah hak prerogatif Allah Swt.

Sama halnya dengan orang yang berkerja mencari nafkah dari segi apakah nafkah itu pasti ia dapatkan karena berusaha? maka jawabannya tidak. Sebab ada juga yang banting tulang tapi tak memiliki hasil.

sebaliknya, ada yang berdiam diri tapi dapat rezeki. Pun ada yang berusaha keras lalu berhasil dan ada pula yang berdiam diri lalu tak mendapatkan apa-apa.

Hanya saja mesti menjadi jelas bagi kita, meskipun usaha tidak menentukan hasil tetapi usaha merupakan suatu kondisi yang memungkinkan –sekali lagi yang memungkinkan, bukan memastikan- hasil itu bisa diraih.

Oleh karenanya tidak boleh seseorang meyakini bahwa hasil yang diperoleh disebabkan usahanya. Ia mesti meyakini hasil tersebut hanya datang dari Allah Swt.

cinta sejati itu anugerah

Karena sampainya hasil merupakan suatu kemungkinan, maka usaha adalah kemungkinan yang paling dekat kepada hasil.

Berbeda dengan berdiam diri, meskipun memang bukan yang memastikan tidak akan mendapat jodoh, tetapi jika tilik dari segi kemungkinan, maka  sampainya hasil (baca jodoh) dengan perilaku berdiam diri merupakan kemungkinan yang paling jauh.

Dengan demikian orang yang berakal akan berupaya sebisa mungkin untuk menghadirkan kemungkinan yang paling dekat kepada hasil, yaitu berusaha.

Syahdan, ada suatu kisah tentang usaha seseorang untuk menikah, sebut saja namanya Fahri dan wanita tersebut namanya Andini. Kisah ini dapat kita jumpai dalam kehidupan.

BACA :  Biro Jodoh Islami Jabodetabek | Khusus bagi yang serius dan berniat tulus

Sedih memang, mengulang ceritanya dalam tulisan kadang melelahkan, namun untuk sebuah pelajaran kami suguhkan kepada para pembaca yang budiman.

Ini pula untuk membuktikan bahwa usaha bukan penyebab kepada hasil.

Mereka berdua saling jatuh cinta dan hendak menikah. Namun apa boleh buat, Fahri yang masih terseok-seok dengan penghasilan yang pas-pasan itu terkadang menaruh ragu. Benarkah ia mampu meyakinkan keluarganya?

Di sisi lain, Andini yang menaruh khawatir kehilangan sang pujaan, berkali-kali meminta agar segera menikah. Akhirnya, apalah daya, ketimbang menabung maksiat, Fahri pun menyanggupinya.

cinta sejati tak pernah berakhir

Karena sikap kedewasaannya, dengan mudah Fahri mampu meyakinkan keluarganya. Ia pun segera mengumpulkan berkas-berkas pernikahan mulain N-1, N-2 surat dari KUA dan sebagainya.

Tidak hanya itu, ia juga sudah membeli blanko surat undangan yang siap dicetak sendiri guna menghemat pengeluaran. Ini dilakukan, karena Fahri memang mengenal dunia percetakan.

Suatu hari ketika Fahri dan kaka iparnya hendak ke rumah Andini, hujan pun turun. Dengan sabar ia menunggu reda. Sembari menunggu, ia merasakan harap-harap cemas karena biaya pernikahan yang ia miliki sangat minim.

Terbayang di benaknya respon calon mertua ketika diserahkan sejumlah uang yang mungkin membuatnya keberatan. Ia pun menggigit bibir dan menepis semua bayangan itu. “bismillah” uangkapnya dalam hati.

Karena hujan tak tampak mereda alias hanya gerimis kecil, Fahri dan iparnya pun memaksakan berangkat menggunakan jas hujan seadanya.

Jika di perjalanan hujan menderas, mereka akan berhenti sejenak lalu melanjutkan perjalanan.

wanita lelah

Benar saja, di perjalanan mereka berhenti berkali-kali karena hujan memang kadang mereda kadang menderas. Tetapi Fahri tetap bersabar menjalaninya. Tidak hanya hujan, jalanan yang dilalui juga tampak berliku.

Masuk hutan keluar hutan, jalan bebatuan di pinggiran sawah itu penuh genangan air. Tak tampak mana jalan berlubang mana yang tidak. Oleh karena itu seringkali ban motor terperosok.

Alhamdulillah, perjalanan sekitar tiga jam itu akhirnya sampai di rumah calon mertua. Tubuh yang menggigil dingin disambutnya dengan ramah, disuguhi minuman dan makanan hangat pula.

Karena bukan pertemuan pertama kalinya, suasana pun cair sebagaimana pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Setelah sekian lama membicarakan banyak hal, terakhir Fahri ingin menyerahkan amplop untuk biaya pernikahan. Ketika calon mertuanya bertanya jumlahnya, Fahri ragu menjawab.

Ia katakan dengan terbata-bata “Pak, saya hanya memiliki uang segini, Ini belum termasuk mahar dan seserahan. Soal itu, sudah saya sediakan lagi, jika tak cukup, mohon disederhanakan saja pernikahannya”.

Mendengar penuturan Fahri, sang bapak menghela nafas dengan raut wajah terkejut. Ia katakan “wah….ini mah tidak cukp mas”, akhirnya pembicaraan yang mulanya hangat kini mendingin sedikit demi sedikit bahkan menjadi asem.

BACA :  Cara Taaruf dalam Islam : Jenis-Jenisnya dan Contoh Biodata Taaruf

Dengan terpaksa sang bapak mengatakan bahwa pernikahannya cukup dengan tema “yang penting sah”, itu berarti hanya sekedar akad yang dihadiri kedua keluarga saja. Fahri pun tak keberatan. Kemudian Fahri pamit pulang.

mahar buku karya tulis pengantin

mahar buku karya tulis

Naas, seminggu kemudian Fahri ditelepon Andini bahwa keluarganya keberatan dan akan meninjau kembali rencana pernikahan. Fahri hanya berpasrah, sebab ia memang tak memiliki lagi biaya, itu pun sudah ia atur sedemikian rupa agar pas.

Sembari berharap, ia berupaya menegosiasi Andini agar sekiranya belum bisa dilakukan bulan itu, dapat diundur beberapa bulan kedepan.

Entah, nampaknya Andini tertekan, di satu sisi ia ingin segera menikah tetapi di sisi lain ia juga menaruh kasihan dengan kondisi keluarga.

Setelah mengelimaks, yaitu tatkala solusi tidak didapat, ego semakin memuncak, bahkan mungkin bercampur antara cinta dan gengsi, akhirnya dengan sangat menyakitkan, Andini membatalkan rencana pernikahan.

Tanpa solusi, tanpa berfikir matang, pokoknya batal dan dalam waktu dekat bapaknya akan berkunjung ke rumah Fahri untuk mengembalikan uang serta berkas pernikahan yang sudah lengkap.

Mendengar berita itu, Fahri masih belum yakin. Ia telepon bapaknya Andini untuk mengklarifikasi pernyataan anaknya. Bagai disambar petir, justru bapaknya lebih keras.

Ia membetulkan pernyataan anaknya. Berkali-kali Fahri hanya bisa menelan ludah, pikirannya sangat berantakan.

Ia tak tahu apa yang harus dilakukan, ia berusaha menelpon orang-orang terdekat Andini agar mendinginkan suasana, tapi tak mampu.

Ia juga menelpon senior Andini yang memiliki andil besar dalam pendidikannya, tapi tak mampu juga. Mungkin sekitar tiga orang yang diminta Fahri untuk melobi Andini, tapi tak berhasil.

Pada akhirnya rencana pernikahan tersebut benar-benar batal.

menangis karena cinta

Ini hanya secuil kisah yang membuktikan kebenaran usaha tidak memiliki hubungan pasti dengan hasil yang diperoleh. Ini juga membuktikan, bahwa hasil yang diperoleh manusia semata-mata hanya dari Allah Swt.

Oleh karena itu, mesti manusia menyadari kelemahannya, ia juga mesti terus menerus mendekat kepada Sang Pencipta pemiliki cinta agar memberkahi usahanya.

Satu hal yang tak kalah penting, manakala usaha yang dikerahkan tidak menuai hasil, manusia tidak boleh pesimis,

ia tetap harus berprasangka baik kepada Allah sambil meneguhkan kepada dirinya bahwa itulah yang terbaik untuk dirinya dan masa depannya dan mudah-mudahan Allah menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik.

Tips Memilih Jodoh dan Pengertian Qurrota A’yun


ARTIKEL  PILIHAN

Leave a Reply


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.